PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL LITERASI
International
Literacy Institute (2002) mendefinisikan bahwa literasi merupakan
sebuah keahlian dalam jangkauan yang relatif, untuk membaca, menulis,
berkomunikasi dan berfikir secara kritis. Literasi dapat pula diartikan melek
aksara. Dengan demikian literasi mempunyai arti yang sangat luas, melek
teknologi, melek politik, melek social dan budaya, berpikiran kritis dan jauh
kedepan serta peka terhadap lingkungan sekitar.
Sebagian besar guru-guru di
Indonesia masih menekankan aspek kemampuan kognitif dalam proses pembelajaran
sehingga yang tercipta adalah sebuah angka-angka. Siswa cenderung di tekan oleh
guru untuk hanya sekedar menghafal uraian angka, fakta-fakta yang telah di
sediakan guru. Akibatnya proses pembelajaran akan sangat membosankan. Dalam
konteks ini sosok seorang guru menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi para siswa
atau yang lebih dikenal dengan paradigma
teacher centered. Ruang lingkup kreatifitas siswa sangat dibatasi oleh
monopoli guru. Kreatifitas siswa untuk menemukan ide-ide segar tidak
tersalurkan. Aspek afektif dan psikomotor siswa menjadi terhambat hanya karena
adanya paradigma tersebut. Sudah seharusnya paradigma teacher centered dirubah menjadi student centered. Dimana
seorang guru member ruang lingkup yang cukup bagi siswanya untuk berkreatifitas
dan berinteraksi dengan lingkunagan sekitar. Pada diri siswa akan terbangun
pemahaman, pengalaman, ketrampilan dan perilaku yang menunjukkan output dari
proses pembelajaran yang telah dilaluinya.
Urgensi dari penciptaan
kegiatan belajar ini meliputi 3 aspek sekaligus yaitu aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotor.
Aspek kognitif,
berkaitan dengan penemuan, pemahaman, pemilihan dan penginformasian untuk
kemudian di internalisasi dalam memori otak. Ini akan memberikan
pengalaman-pengalaman kognitif yang akan berakibat pula pada kualitas
intelektualnya. Sehingga guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
memperoleh nilai validitas yang benar-benar dapat diuji kebenarannya (oleh
siapapun).
Aspek afektif,
pemberian ruang lingkup yang cukup, kesempatan untuk berinteraksi secara luas
dengan berbagai kalangan baik secara social ekonomi akan berdamapak pada
pengalaman psikologis siswa. Keberanian untuk bersosialisai akan tertata dengan
baik karena bersosialisasi dengan lingkungan sekitar memiliki perbedaan nilai yang cukup signifikan dibandingkan
dengan lingkungan akademik.
Aspek psikomotor,
sangat berkaitan erat dengan ketrampilan siswa. Aspek kognitif harus diterapkan
secara nyata untuk memperoleh pemantapan pada hasil belajar. Ketrampilan tidak
datang dengan sendirinya dan harus melalui proses sedemikian rupa.
Simpul-simpul otak akan bekerja dan saling terkait satu sama lain unutk
membentuk suatu korelasi yang dinamis antara pemahaman dengan penerapannya
secara langsung sebagai wujud manifestasi dari aspek kognitif.
Bagaimanakah dengan Indonesia? Sudahkah
generasi-generasi literat saat ini sudah tersedia?
Suatu bangsa yang ingin maju wajib
menciptakan generasi-generasi literat. Ada sebuah anggapan bahwa bangsa yang
mempunyai generasi literat tingkat rendah berbanding lurus dengan tingginya
tingkat kemiskinan, kebodohan, pengangguran dan drop-out sekolah. Bangsa yang
ingin maju dan bangkit dari keterpurukan harus menciptakan dan menyiapkan generasi
literat agar setidaknya sejajar dengan bangsa lain dan mampu bersaing di era
globalisasi. Mencipatakan generasi literat merupakan jembatan emas menuju
masyarakat yang adil dan makmur serta menjadi generasi yang kritis dan peduli.
Kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan tidak bereaksi
secara emosional melainkan dengan cara-cara yang santun sesuai kaidah
ketimuran. Peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar melalui kepekaan hati.
Secara umum siswa dikondisikan untuk
bagaimana harusnya belajar (Learning how to learn).
Pembekalan ketrampilan ini berupa mendalami informasi, menyajikannya dalam
bentuk tulisan untuk kemudian memberikan informasi secara lisan maupun
tertulis. Dengan demikian secara tidak langsung anak didik dilatih mengambil
kesimpulan atas apa yang ia pahami. Melalui model literasi diharapkan siswa
mampu menjadi pembelajar seumur hidup (Independent Learner)
yang mana semua proses dan aspek-aspek terkait dilibatkan serta tak adanya
ketergantungan pada pendidik/guru.
boleh minta sumbernya?
BalasHapusterimakasih-